Embun Masa
Pagi ini , di pertengahan bulan
ramadhan kembali saya menghirup udara sejuk desa Moyudan . sangat spesial dan
istimewa ketika allah masih memberi saya kesempatan untuk menanti pagi di depan
hamparan sawah sembari tilawah . inilah tempat saya melewati masa – masa remaja
., pondok Bina Umat .
Pagi
disini terasa berbeda dengan pagi di desa lain . bisa jadi sawah dan suara
jangkriknya menyuguhkan pemandangan yang sama seperti di banyak tempat , begitu
pula dengan hawa dingin dan kabut . namun ada yang membedakan antara pagi di di
desa ini dengan desa lainnya . Yaitu kenangan . desa lain boleh saja memiliki
sawah yang lebih hijau .. namun sawah disini menyuguhkan kenangan yang
menjadikannya jauh lebih berkesan di hati saya .
Dan masih seperti 7 tahun lalu , saya masih senantiasa menanti cercah mentari di depan asrama . sesekali terdengar kayuh sepeda dari para petani , pun suara motor tua yang melintas . sekarang memang sudah sedikit ramai suara – suara kendaraan . tidak seperti tahun yang silam . teringat akan zaman SMP , ketika saya mulai berkenalan dengan orang – orang yang kini menjadi seseorang yang mengisi daftar nama dalam doa saya . dan sawah ini menjadi saksi bahwa setiap bulan ada sahabat saya yang tercebur atau diceburkan ke sawah ini . sawah ini menjadi saksi ketika kami tertawa lepas , bahagia . ada kalanya memang .. sawah ini menyaksikan air mata saya yang terjatuh , rindu rumah . dan satu yang tetap abadi .. tentang setetes embun dipagi hari .
Bangunan
asrama memang telah berubah . menjadi raksasa yang mengubah banyak petak sawah
menjadi gedung berwarna pink . penghuni asrama pun kini banyak tidak saya
kenali . ternyata zaman berubah . ternyata waktu benar – benar cepat berlari
melintasi kesadaran saya . namun bahagianya saya ketika menyadari bahwa waktu
belum mampu mengubah hamparan sawah dan butir embun pagi di depan asrama . tempat saya dan sahabat saya tumbuh dan banyak
belajar dari alam .
Semoga embun ini akan selalu tetap pada rundukan padi yang tetap menguning di subuh , pagi hari . tetap seperti ini tetap seperti sedianya dulu saat pertama saya menjejak kaki di desa moyudan . biar saja anak – anak disini berbeda dengan anak – anak 7 tahun lalu . pada esensinya , kami memiliki hal yang sama nantinya . Yaitu kenangan pernah menyentuh embun yang tak terleburkan masa .
Penuh cinta dan keharuan pagi
Zulfa adzkia , alumni SMP-SMAIT Bina Umat
0 komentar:
Post a Comment