Tuesday, December 13, 2011

kisah mengharukan tentang ibu ..

Standard
Siapa yang tidak kenal dengan Mustafa Al-'Aqqad? Ia adalah seniman dan sutradara asal Suriah. Dialah sutradara Muslim terbesar abad ini. Melalui filmnya yang kesohor dan ditonton puluhan juta dan mungkin ratusan juta manusia "Arrisalah / The Messeage". Namanya menyaingi dan bahkan melebihi seniman dan sutradara film-film Hollywood sekalipun. Inilah yang beliau kisahkan sebelum meninggal dalam kecelakaan pesawat pribadinya beberapa tahun lalu.

Beliau mengisahkan:

Ibuku tak selalu mengatakan yang sebenarnya. Ibuku berbohong padaku 8 kali. Kisahnya bermula sejak kelahiranku. Aku adalah anak tunggal yang dilahirkan dalam keluarga yang amat miskin. Saking miskinnya, seringkali keluargaku tidak makan. Bila keluargaku dapat membeli beras sesekali, ibuku selau memberikan jatahnya untukku. Ia selalu bilang padaku, "Makanlah nak... Ibu tidak lapar." Inilah kebohongan ibuku yang pertama yang aku catat.

Saat aku mulai beranjak besar, aku ingat kami jarang sekali makan ikan. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, ibuku selalu pergi ke sungai kecil di belakang rumah kami dan memancing di sana. Tak lain harapannya ialah agar aku bisa makan ikan supaya aku mendapatkan gizi dan bisa tumbuh dengan sehat.
Suatu hari, berkat karunia Allah, ibuku mendapat dua ekor ikan. Setelah ia memasaknya, ia menyajikan kedua ikan yang tak terlalu besar itu padaku. Lalu aku sodorkan satu ikan itu pada ibuku dan dia berkata, "Silahkan kamu makan nak, ibu tidak suka ikan." Inilah kebohongan ibuku yang kedua.
Aku sangat shock karena setelah aku makan ikan yang pertama, ibuku mengambil sisa-sisa daging yang menempel ditulang ikan itu dan memakannya. Namun aku diam, tak bisa bicara sepatah katapun.
Setalah memasuki usia sekolah, aku ingin sekali bersekolah, namun keluargaku tidak punya uang untuk membayar biaya sekolahku. Lalu ibuku pergi ke pasar menjadi sales keliling salah satu toko pakaian wanita untuk menawarkan berbagai pakaian door to door alias dari rumah ke rumah di kampung kami.

Sunday, November 13, 2011

puisi jadul (13 APRIL 2008)

Standard
UNTUK SAHABAT 



langkah ini belum berakhir 
masih berderap dengan alur hidup
menjadikannya mozaik mozaik masa depan 
antarku , engkau dan sang mahabbah

langkah ini adalah penghimpun kasih
dimana asa tercipta sempurna
disaat cinta bertasbih dengan ayat ayatNya
dan beburung bertahmid karenaNya

ketika kutitipkan cinta kepadaMu
bersamanya turut gerimis gerimis rindu
awan jingga memayungi kita 
yang terwarna berbalur harap

ketika jemari merekah dan kekupu pun terbang tinggi
Ya Rabbi limpahkanlah kami cinta da kasih sayang 
yang kau jadikan pengikat rindu

Saturday, November 05, 2011

Friday, October 21, 2011

mutiara yang telah tiada

Standard
sore kemarin, 'ndengaren' saya pulang kuliah gasik, ashar tepat saya sudah tiba dikosan. tanpa membuang waktu, saya tunaikan kewajiban saya sebagai seorang muslim, dan berniat untuk segera berberes kamar.
setelah merapikan lemari, saya beralih merapikan meja belajar yang menunggu untuk dirapikan.buku buku berserakan, mikro ekonomi, makro ekonomi , accounting principal dan masih banyak buku terserak. saat menata buku buku itu, terlihatlah sebuah buku yang umi berikan beberapa minggu lalu namun belum sempat terbaca, bahkan plastik sampulnya masih utuh tanda belum tersentuh."yoyoh yusroh , MUTIARA YANG TELAH TIADA".


Sunday, October 16, 2011

farewell speech a.k.a khutbatul wada' a.k.a pidato perpisahan angkatan 3

Standard
Bismillahirahmanirrahim..

Hari demi hari tak terasa berlalu tak kenal waktu. Kebersamaan , persahabatan ,, rasa kasih sayang ,  ketergantungan , hingga pertengkaran – pertengkaran kecil mengiringi masa indah kita di bina umat. Ingat kah kawan..ada hari  ketika kita menatap langit pertama kali disini, merasa hari itu adalah hari terasing . berkenalan satu sama lain , mencari keadaan tersepi untuk menangis  saat malam pertama jauh dari apa yang biasa terjadi dirumah.
Ingatkah kawan, ada hari saat dimana kesetia kawanan kita terjalin perlahan, keasingan yang berubah menjadi keeratan seorang sahabat , aku ,kalian , kita.
Menatap bintang dengan sejuta mimpi , saling meyakinkan , saling memotivasi , saling menyemangati. Bahkan ketika suatu waktu konsekuensi harus kita terima , digundul atau memakai jilbab iqob , saat air mata dipelupuk ,rasa malu yang tak terkira , kalianlah yang meyakinkan  bahwa semua akan baik baik saja. Kita , sahabat selamanya
Detik detik bersama , mengajarkan kita saling memahami. Apapun kata mereka , apapun pandangan mereka , selama kita bersama , smua akan baik – baik saja .
Waktu yang mengajarkan kita untuk berkompromi , belajar menjadi sigung – sigung kecil yang menyusahkan  asatid . membuat heran dengan kenakalan kita . mewarnai hari  dengan sedikit keberanian dan kenekatan . belajar menyesali , belajar mengambil arti , belajar memaknai .
Disinilah kita untuk beberapa tahun lalu. Menyalakan dunia yang terlukis diantara hujan , diantara kisah cinta , diantara kepingan rasa , mengharapkan hujan melarutkan nyanyian malam. Membasuh embun melepas malam bersama. Disinilah kita kawan , sesaat yang berarti.sesaat yang tak akan terbagi.
Terimakasih kami , untuk ayah ibu , mama papa , abi umi kami yang dengan ikhlas melepas kami disini . mengantarkan dengan doa – doa kebaikan , mengikhlaskan dengan harapan akan masa depan , jarak jauh umi abi tempuh demi kami, demi melihat keadaan kami , menanyakan apakah semua baik – baik saja , apakah kesehatan kami terjaga , apakah makan kami enak ,itulah orang tua . terimakasih ayah ibu , papa mama , abi umi ..yang rela berkorban apapun demi kami , mengusahakan kecukupan walau terasa berat , yang sanggup melepas segalanya hanya untuk melihat senyum dibibir kami . kami pulang bu ,yah ..setelah sekian tahun belajar arti kehidupan , kami akan segera pulang dengan kelulusan yang kami persembahkan untuk ayah ibu . inilah kami .. maaf , atas segala kenakalan kami , atas ulah kami yang membuat resah , maaf kan kami karena selama ini belum menjadi seperti mimpi dan harapan ayah ibu , tapi inilah kami .. mencintai ayah ibu , mama papa ,umi abi , lebih dari siapapun . penuh doa penuh cinta , semoga ayah ibu selalu dalam lindungan allah , aku sayang umi aku cinta abi . tak terlukis tak terkikis .selamanya .
Terimakasih kami , untuk ustadz – ustadzah. Yang mengajarkan kami untuk mengerti , mengajarkan kami untuk memahami . semua ini menjadi sebuah arti yang tak akan terganti . guruku , pahalawanku..mengajarkan kami mengepakkan sayap – sayap kecil terbang jauh kelangit ilmu. Mengajarkan kami menghitung bintang dengan doa dan harapan.mendorong kami menyusun puzzle – puzzle mimpi , memberi motivasi  disaat hati kami tak yakin ini kan berhasil.  Bukankah ini menjadi hal yang terindah . engkau guruku , pahlawanku, semua hal adalah keoptimisan. Guru kami , sahabat kami , ayah ibu kami , hal terindah yang kami dapat . terimakasih us, atas segala keikhlasan , keteladanan , kesabaran , dalam membimbing kami. semoga dimanapun ustad – ustadzah berada , berjuta doa teriring selamanya. Tak akan terganti , tak akan terbagi , semua asa yang ustad – ustadzah tanamkan kepada kami .
Maafkan kami us , kala lisan ini berucap pedih , kala hati kami berprasangka lirih , kala sikap kami membuat perih . Segala tingkah polah kami .. segala tindak tanduk kami , maafkanlah ..keletihan diantara senyum yang menhiasi bibirmu , kejengkelan diantara nesihat – nasihatmu , kepayahan diantara binar bola matamu , sering tidak kami sadari , sering tidak kami pahami .maafkanlah . Betapa bahagianya suatu hari nanti ketika kami dapat mempersembahkan kesuksesan kami untukmu ustadz – ustadzah.

Untuk teman – temanku , sahabatku ,yang sekian tahun membersamaiku ,terimakasih untuk kenangan indah ini .ada hati ketika kau menyakitiku , ada hari ketika aku menyakitimu .,namun banyak hari ketika kau memecah derai tawaku ,kenangan bersama , makan sepiring berenam , kaca satu untuk semua , berebut kamar mandi , berebut tempat cuci , semua indah , saat kau usap air mata yang keluar ,kala kekecewaan ,kegagalan ,keputus asaan mendera , kau katakan bahwa aku bisa .semangat dan rasa kasih sayang memupuk persaudaraan , ami , ani , ainun , iyoh , dapoo , azmi , sasa , azul , ferhin , chea , mba el, evi , ela , kak nida , fani,yusri , betha ,galang ,akbar ,upi,ifi ,mas faisal , wildan , iqbal , yuki , yasin ,fikri ,kalian adalah bagian terindah disini .tetaplah menjadi pribadi muslim muslimah sejati.karena aku sangat menyayangi kalian.terimakasih atas cerita masa muda yang indah, penuh warna ,penuh asa ,bersyukurlah kawan pada hari ini kita jadi alumni 2011
Terimakasih untuk adik – adik kelas .keceriaan yang menyemangati kita , doa tulus dan keikhlasan memaafkan kita, sehingga kita bisa lulus 100%.lihatlah apa yang bisa kalian teldani dari kita ,perbaiki apa yang masi belum dapat kami teladankan pada kalian .doakan kita dik, agar selalu terjaga dalam naungan islam .susulah kita tahun depan dan tahun berikutnya . jadikan bina umat sebagai almamater terhebat kita .
Hari ini tuntas sudah kami menimba ilmu di bina umat , keharuan  menyeruak tak terkira saat menyadari inilah detik detik kami akan melangkah didunia yang baru .didunia yang belum pernah kami lalui sebelumnya .hari ini , hari paling dinanti , hari pelepasan kami dengan kebahagiaan , sekaligus kesedihan ,kami akan berpisah .ya Allah sesungguhnya Engkau tau bahwa hati – hati kami telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu ,bersatu dalam rangka menyeru dakwah dijalanMu , berjanji setia untuk membela syariat-Mu , maka kuatkanlah ikatan pertaliannya ya Allah , abadikanlah kasim sayangnya , tunjukanlah jalannya , dan penuhilah dengan cahaya Mu yang tak akan pernah redup , lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan ma’rifahMu ,dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu ,sesungguhnya engkau sebaik –baik pelindung dan sebaik – baik penolong . amin ..
Kahlil Gibran dengan syairnya yang indah..
Ketika tiba perpisahan jangan lah kalian berduka.sebab apa yang paling kalian kasihi akan Nampak nyata dari kjauhan,seperti gunung yang akan Nampak lebih agung kala dilihat dari padang dan dataran  .

disini cinta punya herarki

Standard
disini cinta punya herarki

“Aku mencintaimu wahai Rasulullah melebihi cintaku pada semua yang lain, kecuali diriku sendiri.” Begitu Umar bin Khattab berkata pada Rasulullah saw. Ia hendak menyatakan cintanya pada Sang Rasul. Dengan caranya sendiri. Tapi ia tidak menduga kalau jawaban Sang Rasul justru berbeda sama sekali. Tidak! Wahai Umar! Sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri, jawab Rasulullah saw.

Itu ciri utamanya. Hirarki. Cinta misi berawal dan berujung pada satu dan hanya satu nama: Allah Subhanahu Wataala. Tapi Allah yang awal dan akhir dari semua cinta berkata pada Nabi dan kekasih-Nya, Muhammad saw: “Katakanlah pada mereka, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku.” Maka cinta pada Allah harus turun pada cinta kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. Tapi cinta pada manusia saw mengharuskan kita mencintai semua manusia yang telah beriman kepadanya, khususnya para anggota keluarga yang luhur dan sahabat-sahabatnya yang mulia, dan kepada semua generasi yang datang sesudah mereka dari pada tabiin dan pengikut para tabiin, serta siapapun yang mengikuti jalan hidup (manhaj) mereka dari kaum salaf bersama seluruh generasi mukmin hingga hari kiamat.

Cukup? Belum! Masih ada lagi. Cinta pada orang beriman yang mengharuskan kita mencintai semua 'pekerjaan' yang mendekatkan kita pada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Jadi cinta pada Allah harus turun pada orang dan pekerjaan. Orang-orang itu terdiri dari Nabi dan semua orang beriman. Pekerjaan itu terdiri dari semua amal shaleh.

Begitu hirarkinya. Semua cinta kita yang lain hanya akan menjadi lurus kalau ia menyesuaikan diri dengan hirarki ini. Cinta pada istri-istri dan anak-anak dan sanak saudara dan handai taulan dan sahabat karib dan rumah-rumah dan mobil-mobil dan harta-harta dan semua hanya akan menjadi lurus jika ia berada dalam ruang besar yang bernama cinta pada Allah swt. Perasaan kita harus ditata dalam struktur cinta seperti itu.

Cinta misi adalah sebuah ruang besar tanpa batas. Semua cinta yang lain harus disusun secara proporsional dalam ruang besar itu. Tidak mudah, memang. Tapi ini lah sumber keharmonisan jiwa manusia. Hanya ketika emosi tertata secara apik dalam hararki cinta misi, kita menemukan pemaknaan yang hakiki terhadap semua aliran emosi kita yang lain. Persis seperti anak-anak sungai yang mengalir sendiri-sendiri: pada mulanya menyatu dihulu, lalu tampak berpencar ditengah, tapi kemudian bertemu lagi dimuara.

Dengan cara itu Al Banna memaknai cintanya pada Allah dan dakwah. Suatu saat anaknya terbaring sakit. Panasnya meninggi. Istrinya panik. Beliau sendiri sedang melakukan aktivitas dakwah. Tapi sang istri memanggilnya pulang. Ia tidak kuat sendiri menghadapinya. Ia khawatir terjadi sesuatu pada anak mereka. Tapi sang dai menjawab enteng: “Ajalnya ada di tangan Allah. Kedatanganku tidak akan menambah atau menguranginya.

kesetiaan.,

Standard

Belajar kepada Hachiko

Posted by pak cah on October 5, 2011
Oleh : Cahyadi Takariawan

Jika kita melawat ke Shibuya di Negeri Sakura, masyarakat di sana akan menganjurkan kita menengok patung Hachiko. Shibuya adalah sebuah kota yang berada di wilayah Tokyo. Kota ini tampak sangat sibuk, dan selalu padat dikunjungi banyak warga masyarakat, baik warga asli Jepang maupun para pendatang dan tentu saja, turis. Banyak orang menyebut Shibuya adalah kotanya anak muda, karena di sini banyak disinggahi anak-anak muda untuk berbelanja dan membuat janji pertemuan.
Saat saya mengunjungi patung Hachiko di Shibuya, rekan yang mengantarkan saya ke tempat itu tidak bisa menceritakan dengan detail, mengapa Hachiko dijadikan simbol kesetiaan, dan menjadi demikian populer kisahnya. Sekarang saja saya baru mengerti, setelah mencoba membaca beberapa postingan di berbagai blog dan milis. Salah satunya saya dapatkan dari Jimmy Bonang di Kompasiana. Tapi ternyata ada beberapa versi yang berbeda tentang kisah hidup Hachiko.
Konon, kisahnya bermula dari kelahiran seekor anjing berjenis Akita, di sebuah desa bernama Odate, provinsi Akita, sekitar bulan November 1923. Saat anjing ini berumur dua bulan, dia dibawa ke Tokyo oleh Prof. Ueno. Sang profesor inilah pemilik anjing dan sekaligus teman setianya. Ia bekerja di Universitas Tokyo di Fakultas Pertanian (agriculture).

Prof. Ueno biasa memanggil anjing ini dengan sebutan “Hachi”, yang berarti delapan. Kata “Ko” yang ada di belakang nama Hachi-Ko, adalah tambahan untuk orang Jepang yang berarti anak. Dengan demikian Profesor mengakui Hachiko sebagai keluarga sendiri, serta teman terbaiknya. Hachiko kecil suka makanan Yakitori (sate ayam).
Hachiko akhirnya tinggal bersama profesor Ueno di kota Shibuya. Saya menemukan nama profesor ini adalah Hidesamuro Ueno, tapi ada yang menyebutnya Eisaburo Ueno. Jadi kita sebut Prof. Ueno saja.

Karena hanya tinggal berdua membuat hubungan mereka sangat dekat. Setiap pergi bekerja, Hachiko selalu setia untuk mengantarkan sang profesor ke stasiun kereta dan juga setia menunggunya di stasiun kereta, tanpa beranjak ke tempat lain. Hachiko setia melakukan hal tersebut setiap hari tanpa bosan.
Pagi itu, merupakan pagi yang sangat dingin di kota Shibuya. Salju turun dengan lebat dan juga menutupi segalanya. Seperti biasa sang profesor berangkat mengajar ke kampus. Inilah keuletan dan etos kerja khas Jepang. Udara yang sangat dingin membeku itu pun tidak mencegahnya untuk pergi. Dengan jaket tebal dan payung, sang profesor berangkat ke stasiun kereta Shibuya ditemani Hachiko, anjing yang setia.
Mereka berdua sampai di stasiun kereta Shibuya, dan seperti biasa kereta tiba tepat waktu. Para pegawai stasiun maupun awak kereta yang sudah sangat mengenal sang profesor dan Hachiko, tampak berbincang-bincang sebentar. Setelah mengelus-elus Hachiko dengan penuh kasih sayang, sang profesor pun masuk ke gerbong kereta. Hachiko hanya melihat dari balkon ke arah kereta, seakan ingin mengucapkan “Aku akan menunggu disini”.


Sesampai di kampus, profesor segera mengerjakan penelitiannya di laboratorium dan mengajar. Saat menuju laboratorium, ia merasa dadanya sesak dan sulit bernafas. Mendadak sang profesor pingsan. Suasana kampus gempar, ternyata Prof. Ueno telah meninggal dunia. Pihak kampus langsung menghubungi keluarga Prof. Ueno dan para sahabat dekat, setelah itu segera membawa jenazah ke kampung halaman sang profesor, bukan ke rumahnya di Shibuya.
Hachiko yang setia menunggu di stasiun kereta tidak mengetahui bahwa tuannya telah meninggal dunia. Malam semakin larut dan Hachiko pun mulai gelisah, ia mondar-mandir untuk menghilangkan kegelisahannya. Orang-orang yang turun dari kereta pun banyak yang mencoba menghiburnya namun ia tetap saja merasa cemas. Hari demi hari pun terlah berlalu namun Hachiko tetap setia menunggu di stasiun, ia pun tidak makan sehingga badannya terlihat kurus.
Seorang tukang kebun profesor bernama Kikuzaburo Kobayashi melihat Hachiko yang setia menunggu sahabatnya di stasiun Shibuya, merasa kagum sekaligus iba. Kikuzaburo setiap hari datang untuk memberi makan kepada Hachiko sesuai dengan apa yang diberi profesor, Yakitori dan Stomach.
Tahun 1928, stasiun kereta Shibuya mengalami perombakan total. Di stasiun baru itu, Hachiko tetap berlarian dan mencari-cari sahabatnya, Prof. Ueno yang telah tiada. Hachiko tetap menunggu Ueno,  tidur di salah satu sisi toko di dalam stasiun untuk menunggu sahabatnya.


Di tahun yang sama, seorang peneliti anjing jenis Akita, yang juga salah satu murid Ueno, melihat banyak hal menarik tentang Hachiko. Dia mengamati bagaimana Hachiko menunggu di stasiun, hingga mengikuti Hachiko ke rumah Kobayashi. Dari Kobayashi, murid Ueno itu mendapat banyak informasi tentang Hachiko. Dia pun mulai menulis artikel tentang Hachiko.
Berita tentang Hachiko pun mulai menyebar di negeri jepang. “Faithful Old Dog Awaits Return of Master Dead for Seven Years” adalah berita yang dimuat di harian Asahi pada 4 Oktober 1933.  Hachiko pun semakin tenar dan semakin tersohor hingga seluruh pelosok negeri Jepang.
Bulan pun berganti, musim terlewat sudah, namun Hachiko tetap setia menunggu tuannya di stasiun Shibuya. Hingga suatu hari seorang pegawai pembersih menemukan tubuh Hachiko telah kaku dan sudah meninggal. Warga yang mendengar kabar kematian Hachiko pun berbondong-bondong datang ke stasiun Shibuya. Mereka datang untuk menghormati kesetiaan Hachiko yang luar biasa kepada tuannya.

Tahun 1934 didirikan patung Hachiko di depan stasiun Shibuya dan sempat mengalami perombakan pada tahun 1948 karena Perang Dunia II. Konon, Hachiko meninggal pada 8 Maret 1935. Tetapi patung Hachiko masih setia menunggu Profesor Ueno di pintu keluar stasiun Shibuya sampai sekarang, yang kemudian diberi nama Pintu Hachiko Shibuya. Hachiko duduk seperti puluhan tahun lalu menunggu Ueno pulang.
Di sekitar lokasi patung Hachiko ini, sekarang sering digunakan masyarakat Jepang untuk tempat janji bertemu. Patung Hachiko pun dijadikan simbol kesetiaan. Ya, sebuah kesetiaan yang tulus sampai mati.
Patung Hachiko kini terdapat di tiga tempat, di Shibuya, di Akita serta tempat kelahiran Hachiko, di Odeta.