Monday, August 06, 2012

embun masa

Standard


Embun Masa
Pagi ini , di pertengahan bulan ramadhan kembali saya menghirup udara sejuk desa Moyudan . sangat spesial dan istimewa ketika allah masih memberi saya kesempatan untuk menanti pagi di depan hamparan sawah sembari tilawah . inilah tempat saya melewati masa – masa remaja ., pondok Bina Umat .
                Pagi disini terasa berbeda dengan pagi di desa lain . bisa jadi sawah dan suara jangkriknya menyuguhkan pemandangan yang sama seperti di banyak tempat , begitu pula dengan hawa dingin dan kabut . namun ada yang membedakan antara pagi di di desa ini dengan desa lainnya . Yaitu kenangan . desa lain boleh saja memiliki sawah yang lebih hijau .. namun sawah disini menyuguhkan kenangan yang menjadikannya jauh lebih berkesan di hati saya .
               
              Dan masih seperti 7 tahun lalu , saya masih senantiasa menanti cercah mentari di depan asrama . sesekali terdengar kayuh sepeda dari para petani , pun suara motor tua yang melintas . sekarang memang sudah sedikit ramai suara – suara kendaraan . tidak seperti tahun yang silam . teringat akan zaman SMP , ketika saya mulai berkenalan dengan orang – orang yang kini menjadi seseorang yang mengisi daftar nama dalam doa saya . dan sawah ini menjadi saksi bahwa setiap bulan ada sahabat saya yang tercebur atau diceburkan ke sawah ini  . sawah ini menjadi saksi ketika kami tertawa lepas , bahagia . ada kalanya memang .. sawah ini menyaksikan air mata saya yang terjatuh , rindu rumah . dan satu yang tetap abadi .. tentang setetes embun dipagi hari .
                Bangunan asrama memang telah berubah . menjadi raksasa yang mengubah banyak petak sawah menjadi gedung berwarna pink . penghuni asrama pun kini banyak tidak saya kenali . ternyata zaman berubah . ternyata waktu benar – benar cepat berlari melintasi kesadaran saya . namun bahagianya saya ketika menyadari bahwa waktu belum mampu mengubah hamparan sawah dan butir embun pagi di depan asrama .  tempat saya dan sahabat saya tumbuh dan banyak belajar dari alam .
               
               Semoga embun ini akan selalu tetap pada rundukan padi yang tetap menguning di subuh , pagi hari . tetap seperti ini tetap seperti sedianya dulu saat pertama saya menjejak kaki di desa moyudan . biar saja anak – anak disini berbeda dengan anak – anak 7 tahun lalu . pada esensinya , kami memiliki hal yang sama nantinya . Yaitu kenangan pernah menyentuh embun yang tak terleburkan masa .



Penuh cinta dan keharuan pagi

Zulfa adzkia , alumni SMP-SMAIT Bina Umat
               

0 komentar:

Post a Comment